SEORANG UTUSAN
Pernahkah terbesit sebuah pertanyaan dalam kepalamu “Kenapa
Muhammad hanya turun di Arab sana? Kenapa tidak diturunkan Muhammad-Muhammad
yang lain di tempat lain yang berbeda? bukankah dengan begitu akan lebih mudah
dalam menerima sebuah budaya di suatu tempat, karena Muhammad yang ada di
tempat tersebut adalah salah satu dari sekian banyak anggota masyarakat yang
hidup dalam bangsa tersebut, sehingga kemungkinan terjadinya bid’ah dan
sejenisnya akan sangat minim bahkan kemungkinan tidak akan terjadi. Karena,
Muhammad yang bertempat tinggal di bangsa tersebut pastilah tau apa yang harus
dilakukannya sebagai masyarakat yang baik dalam berbangsa dan bernegara dengan
melestarikan budaya bangsanya tersebut?” Bayangkan saja bila ada Muhammad yang
dilahirkan misalnya di tanah Jawa, bisa jadi wayang, gamelan, batik, tahlil,
genduren, maulidan dll. hukumnya adalah sunnah bahkan fardu kifayah atau bahkan
fardu ain. Bila itu terjadi mungkin sekarang banyak generasi yang katanya Ahlu
Sunnah wal Jamaah akan berbondong-bondong melestarikan kebudayaan tersebut.
Atau mungkin Muhammad yang ada di Jepang bisa jadi akan melestarikan budaya
Festival kembang apinya dan festival-festival yang lainnya. Tentunya semua
kebudayaan tersebut telah diakulturasi dengan tidak melebihi batas syariat yang
telah ditetapkan.
Tentu itu semua bisa saja terjadi karena Tuhan
adalah Maha Perkasa atas segalanya, menciptakan sebuah alur kehidupan yang
seperti itu bahkan lebih mudah dari pada menjentikkan jari-Nya (bukan makna sebenarnya). Tapi, bila terjadi demikian mungkin akan terjadi
masalah yang lain yang tidak terjadi di alur kehidupan yang sekarang. Misalnya,
karena Muhammad diturunkan di tempat yang berbeda-beda kemungkinan akan terjadi
kefanatikan yang lebih daripada sekarang dalam sebuah kepercayaan, sehingga
antar daerah akan saling mengunggulkan budayanya karena mereka yakin dengan
Muhammad di bangsa mereka yang membuat hukum budayanya sebagai sunnah, fardu
kifayah, atau fardu ain. Ayat toleransi yang turun pun pasti juga akan berbeda
dari ayat yang sekarang. Bila melihat hal tersebut di alur yang sekarang, tentu
itu semua adalah hal yang mustahil untuk terjadi.
NB : Di sini kita berdiskusi bertukar pikiran. Bukan beradu argumen akan keilmuan!